Kisah Jabir bin Abdillah (Bag. 3): Kisah Unta Jabir
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sangat memperhatikan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum dalam segala keadaan mereka. Baik itu ketika lapangnya (kemudahan), ketika dalam keadaan sulit, dalam keadaan suka maupun duka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan menghibur sahabat yang sedih, memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, turut merasa bahagia ketika sahabat tersebut bahagia dan akan memberikan nasihat kepada setiap sahabat sesuai dengan keadaan sahabat ketika itu. Dalam artikel ini, akan disampaikan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kebaikan kepada Jabir bin Abdillah. Dalam sebuah hadis dari Jabir bin Abdillah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya:
غَزَوْتُ مع رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، قالَ: فَتَلَاحَقَ بيَ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ وأَنَا علَى نَاضِحٍ لَنَا قدْ أعْيَا فلا يَكَادُ يَسِيرُ، فَقالَ لِي: ما لِبَعِيرِكَ؟ قالَ: قُلتُ: عَيِيَ. قالَ: فَتَخَلَّفَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَزَجَرَهُ، ودَعَا له، فَما زَالَ بيْنَ يَدَيِ الإبِلِ قُدَّامَهَا يَسِيرُ، فَقالَ لِي: كيفَ تَرَى بَعِيرَكَ؟ قالَ: قُلتُ: بخَيْرٍ، قدْ أصَابَتْهُ بَرَكَتُكَ. قالَ: أفَتَبِيعُنِيهِ؟ قالَ: فَاسْتَحْيَيْتُ، ولَمْ يَكُنْ لَنَا نَاضِحٌ غَيْرُهُ، قالَ: فَقُلتُ: نَعَمْ. قالَ: فَبِعْنِيهِ. فَبِعْتُهُ إيَّاهُ علَى أنَّ لي فَقَارَ ظَهْرهِ حتَّى أبْلُغَ المَدِينَةَ، قالَ: فَقُلتُ: يا رَسولَ اللَّهِ، إنِّي عَرُوسٌ. فَاسْتَأْذَنْتُهُ، فأذِنَ لِي، فَتَقَدَّمْتُ النَّاسَ إلى المَدِينَةِ حتَّى أتَيْتُ المَدِينَةَ، فَلَقِيَنِي خَالِي، فَسَأَلَنِي عَنِ البَعِيرِ، فأخْبَرْتُهُ بما صَنَعْتُ فِيهِ، فلامَنِي، قالَ: وقدْ كانَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ قالَ لي حِينَ اسْتَأْذَنْتُهُ: هلْ تَزَوَّجْتَ بِكْرًا أمْ ثَيِّبًا؟ فَقُلتُ: تَزَوَّجْتُ ثَيِّبًا. فَقالَ: هَلَّا تَزَوَّجْتَ بِكْرًا تُلَاعِبُهَا وتُلَاعِبُكَ؟ قُلتُ: يا رَسولَ اللَّهِ، تُوُفِّيَ والِدِي -أوِ اسْتُشْهِدَ- ولِي أخَوَاتٌ صِغَارٌ، فَكَرِهْتُ أنْ أتَزَوَّجَ مِثْلَهُنَّ، فلا تُؤَدِّبُهُنَّ، ولَا تَقُومُ عليهِنَّ، فَتَزَوَّجْتُ ثَيِّبًا لِتَقُومَ عليهِنَّ وتُؤَدِّبَهُنَّ. قالَ: فَلَمَّا قَدِمَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ المَدِينَةَ غَدَوْتُ عليه بالبَعِيرِ، فأعْطَانِي ثَمَنَهُ ورَدَّهُ عَلَيَّ. أخرجه البخاري، ومسلم.
“Aku berperang bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.” Kemudian, Jabir mengatakan, “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengikutiku, sedangkan aku mengendarai unta milikku. Ternyata hewan tunggangannya (tunggangan Jabir) kelelahan dan hampir tidak bisa jalan. Kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Jabir, ’Ada apa dengan untamu itu?’ Jabir menjawab, ’Mengalami keletihan’. Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke belakang kami, kemudian memukul untaku, dan mendoakannya. Sehingga, untaku berjalan dengan cepat seperti biasa. Kemudian Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Jabir, ’Bagaimana untamu?’ Jabir menjawab, ’Menjadi baik, sesungguhnya unta ini telah mendapatkan keberkahan.’ Kemudian Nabi Muhammad bertanya kembali, ‘Apakah engkau akan menjualnya kepadaku?’ Maka, aku merasa malu, dan aku tidak memiliki unta, selain unta ini. Maka, Jabir berkata, ’Tidak.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ’Juallah unta ini padaku.’ Maka, aku menjual untaku kepada beliau dengan syarat aku bisa menungganginya sampai aku sampai Madinah. Maka, aku (Jabir) berkata kepada Rasulullah, ’Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki pengantin perempuan. Maka, aku meminta izin kepada beliau, dan Rasulullah memberikan izin padaku. Maka, aku mendahului para sahabat untuk sampai Madinah. Sesampainya di Madinah, pamanku menemuiku, dan menanyakan tentang untaku, maka aku menceritakan tentang apa yang telah aku perbuat atas untaku kemudian ia mencelaku.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tatkala aku meminta izin, ’Apakah kamu menikahi gadis atau janda?’ Aku menjawab, ’Aku menikahi janda.’ Rasulullah bersabda, ’Apakah kamu tidak menikahi gadis? Engkau bisa bermain (bercanda) dengannya dan dia bisa bermain (bercanda) bersamamu.’ Maka, aku mengatakan, ’Wahai Rasulullah, ayahku telah meninggal (syahid) dan meninggalkan amanah kepadaku saudari-saudariku yang masih kecil. Maka, aku tidak menyukai untuk menikah dengan yang seumuran dengan mereka, karena tidak bisa mendidik mereka, tidak bisa pula mengurus mereka. Maka, aku menikahi seorang janda agar bisa mengurus dan mendidik mereka.’ ” Kemudian Jabir berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah sampai di Madinah, aku segera bergegas membawa untaku kepadanya, kemudian Rasulullah memberikan uangnya, dan setelah itu mengembalikan untanya kepadaku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim juga,
Dari Jabir bin Abdillah, berkata, “Bahwa saat itu dia sedang dalam perjalanan dengan mengendarai unta miliknya, ternyata hewan tunggangannya telah kelemahan dan hampir tidak bisa berjalan.” Jabir melanjutkan, “Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendatanginya, beliau mendoakan dan memukul untaku, sehingga dapat berjalan dengan cepat seperti biasa. Beliau bersabda, ‘Juallah untamu kepadaku dengan beberapa uqiyah.’ Saya menjawab, ‘Tidak’. Beliau bersabda lagi, ‘Juallah kepadaku dengan beberapa uqiyah.’ Kemudian saya menjualnya dengan beberapa uqiyah dan saya mengecualikan muatannya untuk keluargaku. Setelah saya tiba, lalu saya menemui beliau dengan membawa unta. Kemudian, beliau membayarnya dengan tunai, dan setelah menerima uangnya saya kembali pulang. Kemudian beliau mengutus seseorang untuk mengikuti jejakku, utusan itu berkata, ‘Apakah kamu mengira kedatanganku ini untuk menawarkan harga yang lebih rendah dari itu untuk mengambil untamu? Ambillah unta dan uang dirhammu, ia telah menjadi hakmu.’ ”
Di dalam hadis ini, banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil. Di antaranya adalah:
Pertama: Kedermawanan yang dimiliki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga ketawadukan beliau, kepedulian terhadap para sahabat, dan membantu menunaikan kebutuhan para sahabat. Dalam hadis ini pula, menunjukkan keberkahan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan keberkahan doa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kedua: Menunjukkan keutamaan Jabir bin Abdillah, kepeduliannya terhadap keluarganya, dan mendahulukan kepentingan keluarganya dibandingkan kepentingan dirinya.
Ketiga: Menunjukkan bahwasanya istri memiliki kewajiban untuk taat kepada suami. Dan bisa direalisasikan salah satu contohnya adalah berbuat baik kepada keluarga suaminya.
Keempat: Diperbolehkannya mengendarai unta dan menjadikannya sebagai alat transportasi ataupun membawa barang bawaan dengan syarat unta tersebut mampu.
Kelima: Dalam hadis ini menunjukkan kepada kita untuk saling peduli terhadap sesama kaum muslimin, terutama ketika saudara muslim kita sedang tertimba musibah atau kesulitan.
***
Penerjemah: Gazzeta Raka Putra Setyawan
Artikel asli: https://muslim.or.id/97373-kisah-jabir-bin-abdillah-bag-3-kisah-unta-jabir.html